This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Minggu, 29 Juni 2008

Guru Kencing Berdiri, Siswa Kencing Berlari

Edan, mungkin begitu kata yang pantas disematkan kepada pendidikan di negara ini. Wajar, di saat seorang pendidik dituntut untuk mampu menujukkan profesionalisme nya untuk mendidik anak bangsa ini, Justru ada diantara mereka yang justru merupakan benalu dan perusak citra.

Seperti yang tecatum dalam Undang-Undang tentang guru dan Dosen salah satu prinsip profesional yang harus dimiliki seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1 adalah: ”Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas”.Tugas disini pastilah mendidik dan mencerdaskan masyarakat Indonesia. Bukan sebaliknya.

Sejauh ini, tanggapan masyarakat akan imej guru bak bola salju yang terus bergerak dan membesar. Kenapa tidak, banyak oknum guru yang kemudian justru menampakkan sosok seakan dirinya bak bukan seorang guru.

Prinsip profesionalisme yang mengatakan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugasnya dijadikan sebagi bahan ampuh untuk membentengi diri. Sebahagian menjadi beringas dan seringkali menggunaan kekerasan dalam menghadapi muridnya.

Bukan hanya itu, yang lebih memalukan lagi, ada diantara mereka yang justru melakukan tindakan asusila terhadap murid mereka. Akibatnya, hal ini semakin memperkeruh imej para guru. Meskipun yang melakukan adalah sebagian kecil, namun justru sebagian kecil inilah yang kemudian mencoreng nama guru.

Berikut, penulis lampirkan beberapa kejadian yang terkait dengan perlakuan guru terhadap murid-muridnya:

1. Seorang guru memperkosa murid SD nya (Riauinfo.com)
http://www.riauinfo.com/main/news.php?c=5&id=3029

2. Seorang guru menempeleng siswanya (Suaramerdeka.com)
http://www.suaramerdeka.com/harian/0412/11/slo21.htm

3. Gara-gara guru demo, murid tidak belajar (Gaulislam.com)
http://www.gaulislam.com/guru-demo-murid-melongo/

4. Guru tendang murid hingga patah tulang (Okezone.com)
http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/03/20/1/93400/guru-tendang-murid-hingga-patah-tulang

5. Guru memukul murid SMP (Detiknews.com)
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/05/tgl/02/time/201201/idnews/775432/idkanal/10

6. Guru tampar murid SMU nya (Hariansib.com)
http://hariansib.com/2007/09/08/guru-tampar-murid-diadukan-ke-polres-asahan/

7. Guru tampar murid hingga lecet (Hinamagazine.com)
http://www.hinamagazine.com/index.php/2008/04/12/guru-tampar-murid-kelas-6-hingga-lecet/

Bukti diatas setidaknya dapat menujukkan bagaimana sebenarnya bentuk pendidikan itu. Kalo kita kembalikan pada pepatah yang mengatakan, “ Guru kencing berdiri, Siswa kencing berlari. Maka pertanyaan yang muncul adalah: Kalo gurunya saja sudah seprti itu, bagaimana dengan siswanya nanti?????????

Selasa, 24 Juni 2008

Mahasiswa Kritis Aparat Anarkis

Bukan rahasia lagi kalau keberhasilan mahasiswa menggulingkan orde baru di tahun 1998 menjadi tonggak reformasi di bumi pertiwi. Sayangnya, keberhasilan mahasiwa dengan aksi demonstrasi saat itu justru tidak diikuti oleh adik didik mereka saat ini. Justru, demonstrasi mahasiswa kini lebih identik dengan suatu aksi yang ujung-ujungnya justru mempersulit banyak pihak.
 
Satu hal yang seringkali terjadi adalah, dimana ada demonstrasi mahasiswa. Disitu ada sekumpulan aparat yang bertugas  untuk mengawasi jalannya demonstrasi ataupun mencegah terjadi aksi-aksi yang merugikan bagi khalayak ramai. Dan sayangnya, seringkali terjadi gesekan-gesekan yang menyebabkan terjadinya bentrokan anatara kedua kubu.


Kejadian yang terjadi di Makasar, Jakarta dan daerah lain di Indonesia menjadi bukti bagaimana bentrokan itu terjadi. Mahasiswa yang mengaku kritis mendapatkn perlakuan brutal dari Aparat yang menangani maslah dengan anarkis. Penangakapan, perkelahian, Saling lempar, hingga meninggalnya mahasiswa menjadi bukti akan keberingasan tersebut.

Kita memang tidak seharusnya menyalahkan aparat sepenuhnya, tapi itu bukan berarti pula kita limpahkan kesalahan itu kepada para mahasiswa. Idealnya, Baik polisi maupun mahasiswa tidak salah sepenuhnya dan juga tidak benar sepenuhnya. Seharusnya adalah, baik aparat maupun mahasiswa mampu menahan diri dalam bertindak. Bukan menjadikan ajang ini sebagai ajang bertarung bareng-bareng.

Katanya, mahasiswa adalah masyarakat intelektual yang menyuarakan suara masyarakat kecil, dan polisi adalah pelindung masyarakat. Berarti, kedua-duanya adalah bagian dari masyarakat yang berbuat untuk masayarakat. Yang menjadi pertanyaan, apa untungnya bagi masayarakat jika aparat dan mahasiswa bentrok? Apa kemudian hal itu serta merta menurunkan harga BBM, ataupun menolong masyarakat dari permasalahan mereka? Jawabnya tidak-lah.


Masyarakat sudah kenyang dengan dengan segala permasalahan yang dialaminya di negeri tercita ini. Kalo kemudian mahasiwa dan aparat hanya bisa bentrok dan bentrok. Hal itu hanya menambah daftar list masalah yang berkepanjangan yang dimiliki masyarakat. Yang rugi, tentunya semua pihak. Masayarakat sudah pasti. Karena kadangkala mereka harus menutup tokonya secepat mungkin agar tidak mengalami hal yang tidak diinginkan. Sebagaian lagi, harus memutar haluan mencari jalan aman agar tidak terjebak di tengah bentrokan yang tentunya akan memamakan waktu yang lebih lama dari yang seharusnsya.


Bagi mahasiswa dan aparat, sudah pasti degradasi kepercayaan yang datang dari masyarakat akan muncul. Kalo masayarakat sudah tidak lagi percaya kepada masyarakat dan mahasiwa, terus darimana mereka mereka mengharapkan bantuan dan harapan? Apakah dari pemerintah yang terkadang memberikan mereka janji Palsu???