This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Rabu, 26 November 2008

Menuju Rahmatan Lil alamin

Yang mana rahmat itu???

Senin, 24 November 2008

Atas Nama Rakyat-Kah

Moralitas yang tecabik cabik. Mungkin kata itu yang dapa di tunjukan kepada sekian mahasiswa yang dengan pongahnya menutup jalan lalu meneriakkan ucapan pembelaan atas nama rakyat. Dengam mentamengkan nama rakyat sebagai pembenaran akan aksi yng dilakukannya, sadar atau tidk sadar mereka justru menyusahkan rakyat itu sendiri.

Alih-alih menolong rakyat dengan meneriakkan kesengsaran mereka, mahasiswa justru telah salah dalam melaksanakan aksi. Sebagai mahasiswa yang menggunakn akal nya untuk berfikir, sebenarnya dimana letak pembenaran bahwa di jalan adalah tempat yang tepat untuk melakukan aksi demonstrasi. Bukankah jalan itu justru digunakan oleh masyrakat yang mereka bela.

Parahnya, justru dengan penutupan jalan itu sendiri, maka masyarakatlah yang akan terkena batunya. Perjalanan yang seharusnya mereka tempuh untuk dengn waktu sekitar 30 manit, bisa saja berubah menjadi 1,5 jam. Dengan kata lain, mereka menghabiskan waktu sekitar 1 jam untuk ikut merasakan panas teriknya matahari, ditambah dengan suara mahasiswa yang terdengar tidak jelas karena keluar dari mikrofon kecil yang kemampuan suaranya sangat terbatas.

Perlakuan mahasiswa semakin tidak masuk akal dan terkesan sangat arogan. Terkadang, justru hanya ada sekitar 4-5 orang saja yang kemudian mwnutup jalan yang akan dipakai oleh ribuan orang lainnya. Sungguh sebuah perbandingan yang sangat jauh. 5 orang menyusahkan 1000 an orang. How could it be???

Yang menghawatirkn natinya adalah hilanggnya kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa. Bagaimanapun juga, masyarkt adalah manusia biasa. Meskipun kesabaran itu tidk terbatas. Namun manusia tetaplah mamnusia yang memiliki batasan dalam kesehariannya. Mereka yang tidak terima lagi dengan perlakuan mahasiswa yang menutup jalan akan bergerak sendiri dan memaksa mahsiswa untuk tidak melakukan hal itu lagi.

Kalo hal ini terjadi, maka akan ada kesenjangan antara mahasiswa dengan masyarakat. Mahasiswa tidak lagi dipercaya oleh masyarakat sebgai agent of change yang akan mengawal berjalannya pemerintahan. Lunturnya kepercayaan ini tentu saja merupakan langkah mundur atas prestatsi mahaiswa. Dan penyebabnya adalah mahasiswa itu sendiri.
Harus diakui bahwa tidak semua mahasiswa yang melakukan hal-hal tersebut di atas. Tapi ingat, masyarakat terkesan untk mengeneralisasi semuanya. Merek tidak mau tau apa itu mahsiswa tipe ini atau itu mahasiwa tipe itu. Bagi mereka, jika ada mahasiswa yang terbukti melkaukannnya, berarapapun orangnnya mereka tetap mahasiswa.

Untuk itu, kesadarn rekan-rekan mahsiswa dalam memyampaikan apirasinya sangat ditekankan. Sesuatu yang dilakukan baik-baik akan menhagsilkan hal yang baik. Namun sesuatu yang dilakukan dengan tidak baik, pastilah menghasilkan Sesutu yang tidak baik pula.

Minggu, 23 November 2008

Mahasiswa Kritis Aparat Anarkis

Bukan rahasia lagi kalau keberhasilan mahasiswa menggulingkan orde baru di tahun 1998 menjadi tonggak reformasi di bumi pertiwi. Sayangnya, keberhasilan mahasiwa dengan aksi demonstrasi saat itu justru tidak diikuti oleh adik didik mereka saat ini. Justru, demonstrasi mahasiswa kini lebih identik dengan suatu aksi yang ujung-ujungnya justru mempersulit banyak pihak.
 
Satu hal yang seringkali terjadi adalah, dimana ada demonstrasi mahasiswa. Disitu ada sekumpulan aparat yang bertugas  untuk mengawasi jalannya demonstrasi ataupun mencegah terjadi aksi-aksi yang merugikan bagi khalayak ramai. Dan sayangnya, seringkali terjadi gesekan-gesekan yang menyebabkan terjadinya bentrokan anatara kedua kubu.


Kejadian yang terjadi di Makasar, Jakarta dan daerah lain di Indonesia menjadi bukti bagaimana bentrokan itu terjadi. Mahasiswa yang mengaku kritis mendapatkn perlakuan brutal dari Aparat yang menangani maslah dengan anarkis. Penangakapan, perkelahian, Saling lempar, hingga meninggalnya mahasiswa menjadi bukti akan keberingasan tersebut.

Kita memang tidak seharusnya menyalahkan aparat sepenuhnya, tapi itu bukan berarti pula kita limpahkan kesalahan itu kepada para mahasiswa. Idealnya, Baik polisi maupun mahasiswa tidak salah sepenuhnya dan juga tidak benar sepenuhnya. Seharusnya adalah, baik aparat maupun mahasiswa mampu menahan diri dalam bertindak. Bukan menjadikan ajang ini sebagai ajang bertarung bareng-bareng.

Katanya, mahasiswa adalah masyarakat intelektual yang menyuarakan suara masyarakat kecil, dan polisi adalah pelindung masyarakat. Berarti, kedua-duanya adalah bagian dari masyarakat yang berbuat untuk masayarakat. Yang menjadi pertanyaan, apa untungnya bagi masayarakat jika aparat dan mahasiswa bentrok? Apa kemudian hal itu serta merta menurunkan harga BBM, ataupun menolong masyarakat dari permasalahan mereka? Jawabnya tidak-lah.


Masyarakat sudah kenyang dengan dengan segala permasalahan yang dialaminya di negeri tercita ini. Kalo kemudian mahasiwa dan aparat hanya bisa bentrok dan bentrok. Hal itu hanya menambah daftar list masalah yang berkepanjangan yang dimiliki masyarakat. Yang rugi, tentunya semua pihak. Masayarakat sudah pasti. Karena kadangkala mereka harus menutup tokonya secepat mungkin agar tidak mengalami hal yang tidak diinginkan. Sebagaian lagi, harus memutar haluan mencari jalan aman agar tidak terjebak di tengah bentrokan yang tentunya akan memamakan waktu yang lebih lama dari yang seharusnsya.


Bagi mahasiswa dan aparat, sudah pasti degradasi kepercayaan yang datang dari masyarakat akan muncul. Kalo masayarakat sudah tidak lagi percaya kepada masyarakat dan mahasiwa, terus darimana mereka mereka mengharapkan bantuan dan harapan? Apakah dari pemerintah yang terkadang memberikan mereka janji Palsu???