This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Jumat, 02 Mei 2008

Dua Mei, Hari Pendidikan Bukan Hari Berdemonstrasi


Banyak hal-hal menarik yang seringkali dilakukan masyarakat Indonesia dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Selain daripada upacara bendera yang memang telah menjadi sebuah agenda tahunan, ada hal lain yang justru menjurus kearah yang tidak seharusnya dilaksanakan. Dan hal tersebut adalah demonstrasi.

Entah kapan tepatnya fenomena ini terjadi. Namun yang pasti, setiap tanggal 2 Mei, ada yang kurang rasanya jika tidak ada demonstrasi. Baik itu yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai kaum yang menyebut mereka tepelajar, ataupun guru yang merupakan panutan bagi siswanya. Satu yang pasti, semuanya dikarenakan oleh adanya tujuan.

Sebagai mahasiswa, seringkali kita mengidentikkan aksi kita ini sebagai upaya untuk mendesak pemerintah agar menciptakan system pendidikan yang lebih baik. Masalahnya, banyak diantara mahasiswa yang berdemo ini, adalah mereka yang justru malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehari-hari. Okelah kalo memang mereka tergolong orang yang cerdas dan tidak menjadikan bangku sekolah sebagai satu-satunya jalan untuk menuntut ilmu.

Tetapi ada saja diantara mereka yang melakukan demonstrasi hanya karena panggilan teman semata dan tampa landasan yang jelas. Mereka inilah yang mungkin dapat digolongkan sebagai, “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Lucunya lagi, ada diatara mereka yang tidak mengetahui kenapa 2 Mei dijadikan sebgai hari pendidikan nasional.

Hal ini kemudian semakin diperparah dengan aksi mereka yang seringkali diikuti dengan tindakan-tindakan yang justru bersifat merusak. Seperti membakar ban, merobohkan pagar, bahkan menutup jalan.

Sebagai orang terpelajar, seharusnya kita perlu memahami bahwa, hal tersebut tidaklah menyelesaikan masalah. Bahkan, justru menimbulkan masalah baru bagi orang lain. Kita memang punya hak untuk menyuarakan hati nurani kita. Tapi ingat. Hak kita, dibatasi oleh Hak orang lain. Sehingga, kita juga harus memikirkan orang lain.

Dua Mei seharusnya dijadikan hari untuk merefleksi diri akan pencapaian yang telah kita alami. Seberapa jauh kah kemajuan kita, atau seberapa drastis penurunan yang kita alami. Itu yang seharusnya dilakukan. Bukan, justru berusaha mencari jalan untuk terus dan terus berdemonstrasi. Meskipun harus diakui kalo ada hal-hal tertentu yang memang demonstrasi itu perlu dilakukan.

Seandainya saja KI Hajara Dewantara sendiri sebagai bapak pendidikan masih hidup. Yakin dan percaya, dia pasti tidak akan setuju dengan cara kita yang melakukan demonstrasi sebagai wujud memperingati hari pendidikan nasional. Pasti

0 komentar: